
Kisah ini dimulai dari seorang mahasiswi yang bernama Putri sedang duduk termenung di bangku kelas, menatap buku catatan yang terbuka di depannya. Suara dosen terdengar seperti dengungan jauh yang sulit ditangkap. Matanya memandang lurus, tetapi pikirannya melompat-lompat, memikirkan banyak hal sekaligus uang kos yang sudah jatuh tempo, tugas yang menumpuk seperti gunung dan kondisi keluarganya di kampung yang sedang kesulitan ekonomi. Semua itu terasa menghimpit, membuat dadanya sesak.
Seketika bel istirahat berbunyi, tetapi Putri tidak bergerak. Ia hanya memandangi layar laptopnya yang kosong. Teman-temannya mulai keluar kelas, tertawa dan berbincang santai. Tiba-tiba, Abimanyu, teman sekelasnya, mendekati meja Putri.
“Putri, kamu oke?” Abimanyu tanya Putri sambil menarik kursi di sebelahnya.
Putri mencoba tersenyum, tetapi senyumnya lebih mirip garis lelah di wajahnya. “Aku baik-baik aja,” jawabnya singkat.
Abimanyu mengernyit. “Nggak kelihatan baik-baik aja, sih. Yuk, ke kantin. Aku traktir.”
Putri sebenarnya tidak ingin pergi, tapi ia tahu ia butuh istirahat. Ia mengikuti Abimanyu ke kantin tanpa banyak bicara. Di meja kantin, Abimanyu memesan dua gelas teh manis dan sepiring gorengan.
“Kamu kenapa?” Abimanyu bertanya setelah beberapa saat hening.
Putri menghela napas panjang. “Banyak, Abi. Kosanku belum terbayar, tugas-tugas numpuk, terus keluarga di rumah lagi kesulitan. Aku nggak tahu harus mulai dari mana.”
Abimanyu menatapnya dengan serius. “Putri , aku ngerti kamu lagi banyak pikiran. Tapi kalau semuanya kamu pikirin sekaligus, otakmu bakal overload. Coba deh, fokus sama satu hal dulu. Yang kecil aja, yang bisa kamu selesaikan sekarang. Itu bakal bikin kamu sedikit lega.”
Putri terdiam. Kata-kata Abimanyu sederhana, tapi masuk akal.
Malam itu, di kamar kosnya yang sempit, Putri duduk di depan laptopnya lagi. Ia memutuskan untuk mengikuti saran Abimanyu. Daripada memikirkan semua tugas yang menumpuk, ia memilih satu tugas presentasi yang paling mendesak. Ia menuliskan beberapa poin penting untuk bahan presentasinya.
Butuh waktu lebih dari satu jam, tapi ia berhasil menyelesaikan kerangka tugas itu. Meski hanya langkah kecil, ada perasaan lega yang mengalir di dadanya. Untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu, ia merasa punya kendali atas hidupnya lagi.
Di tengah malam, ketika ia menutup laptopnya, Putri tersenyum kecil. Masalahnya memang belum selesai, tapi ia tahu, satu langkah kecil bisa membawanya menuju penyelesaian, dan itu cukup untuk hari ini.
Penulis: Hilma Azhakia Putri