
Kala senja berlabuh di tepi waktu
Mentari perlahan tenggelam dalam pelukan laut biru
Langit berwarna jingga
Seperti lukisan tangan Tuhan yang abadi tanpa cela
Angin mengusap lembut wajah bumi
Membawa harum asin air laut yang murni
Riak-riak kecil menari di atas permukaan
Mencipta alunan suara yang merangkul kesunyian
Batu-batu di tepian bersaksi bisu
Pada alunan ombak yang tak pernah jemu
Mereka bercerita tentang waktu yang tak terhenti
Tentang jejak-jejak yang hilang dalam debur abadi
Jauh di cakrawala, matahari memudar
Cahayanya perlahan ditelan gelap yang sabar
Burung-burung kembali ke sarang
Membawa cerita perjalanan yang panjang
Di kejauhan, suara camar bercampur bisikan
Melagukan kerinduan pada kedamaian
Seorang nelayan berdiri di tepi pantai
Memandang lautan, memeluk kenangan yang tak ternilai
Senja adalah pesan yang tak terucap
Tentang waktu yang berjalan tanpa jeda, tanpa sebab
Ia mengajarkan bahwa setiap akhir adalah awal
Bahwa setiap perpisahan menyimpan harapan yang kekal
Tepian ini menjadi tempatku berbicara
Dengan langit, laut, dan angin yang setia
Di sini, aku menitipkan semua rindu
Pada semesta yang tak pernah berpaling dariku
Malam pun datang dengan jubahnya yang hitam
Menyelimuti dunia dalam ketenangan kelam
Namun, di dalam gelap ada terang yang abadi
Dari senja, dari jiwa yang tak pernah mati