Cultural Studies: Sebuah Praktik Budaya dan Dinamikanya di Era Digital

Pernahkah kita mempertanyakan bagaimana praktik-praktik budaya sehari-hari seperti menonton televisi, menggunakan media sosial, fomo pada trend kekinian, atau bahkan berbelanja tidak dapat dipisahkan dari pengaruh kepentingan politik, ekonomi, bahkan relasi sosial?

Tentu semua ini hadir tanpa melalui fenomena yang mengalir begitu saja, melainkan hasil dari pola konstruksi kecendrungan sehingga menjadi kebiasaan (habbits) yang turut membentuk perilaku.

Cultural Studies atau yang sering dikenal sebagai Kajian Budaya merupakan sebuah pendekatan akademis yang lahir dari kebutuhan untuk memahami budaya tidak hanya sebagai produk seni atau tradisi, tetapi sebagai pertarungan ideologi dana kekuasan.

Cultural Studies merupakan sebuah studi yang terbilang baru dalam dunia akademis yang hadir pada era post kolonial. Yang mana artinya studi ini hadir setelah terjadinya perang dunia ke-2, tepatnya pada tahun 1960-an di Birmingham Centre for Contemporary Cultural Studies (CCCS) Inggris, di bawah pengaruh pemikir dari para tokoh seperti Richard Hoggart, Raymond Williams, dan Stuart Hall.

Cultural Studies berbeda dengan studi antropologi. Yang mana jika antropologi cenderung bersifat deskriptif dan berfokus pada budaya tradisional atau komunitas tertentu, Cultural Studies justru lebih kritis dan tertarik pada budaya kontemporer dalam masyarakat industri.
Sementara antropologi mungkin mempelajari ritual adat suatu suku, Cultural Studies lebih mungkin menganalisis bagaimana ritual konsumerisme selama hari raya keagamaan mereproduksi nilai-nilai kapitalis. Perbedaan ini menunjukkan bahwa Cultural Studies bukan hanya ilmu untuk memahami budaya, tetapi juga alat untuk mengkritik dan mentransformasikannya.

Salah satu ciri khas dari kajian budaya adalah bersifat interdisipliner, yang berarti bidang ini tidak terlepas dari konsep dan metode dari berbagai disiplin ilmu seperti sosiologi, antropologi, studi media, filsafat, dan teori sastra.

Di era digital saat ini kajian budaya menjadi semakin relevan untuk memahami algoritma dari media sosial yang membentuk opini publik, atau cara perusahaan teknologi menggunakan budaya populer untuk mempromosikan nilai-nilai kapitalis. Contoh nyatanya seperti bagaimana kajian budaya bisa digunakan untuk menganalisis mengapa konten-konten tertentu menjadi viral, siapa yang diuntungkan dari fenomena tersebut, dana bagaimana viewers sebenarnya dapat melakukan resistensi terhadap makna-makna dominan.

Kita juga sering menganggap segala ketersediaan yang ada di media sosial merupakan sebuah produk yang dapat kita konsumsi dengan begitu saja, sehingga kita merasa telah banyak diuntungkan dengan ketersediaan akses dan merasa menjadi subjek dalam sirkulasi tersebut. Namun nyatanya dunia kapitalis dan hegemonia tidak seperti itu memandang kita, menurut mereka kitalah yang produsen dan objek tersebut, sehingga kita merupakan penghasilan mereka, dan pola ini terlihat dari penjualan data-data pribadi kita pada perusahaan bahkan pasar gelap (Black Market) yang mana kita merasa terkejut disaat kecendrungan keinginan barang yang ingin kita beli dapat muncul begitu saja di beranda.

Selain pola hegemoni dan kekuasaan, Cultural Studies juga bisa dilihat melalui pendekatan teks dalam teori narasi dan semiotika. Artinya setiap narasi bahkan wacana yang trend saat ini lahir tanpa maksud dan makna begitu saja, melainkan sudah direncanakan sebelumnya. Seperti halnya mengapa seorang calon pemimpin negara harus memoles dirinya dengan visual AI menjadi terlihat ‘gemoy’, hanya demi mendapatkan perhatian dan suara dari kalangan gen Z yang menyukai gemoy dan keimutan anak bayi. Perlakuan ini tentu tanpa ide yang terlontar begitu saja melainkan melalui proses riset dengan kecendrungan relasi sosial.

Sehingga hingga saat ini kajian budaya masih menjadi kajian yang cukup banyak digandrungi bukan hanya karena coraknya yang interdisipliner melainkan juga karena hadir langsung dalam fenomena sosial masyarakat terkini.

Loading

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *