
Ngabuburit menjadi suatu kebudayaan pada bulan Ramadhan. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri bahwasanya jika budaya ngabuburit menjadi tradisi tahunan di masyarakat. Dengan demikian, budaya ngabuburit bisa saja bermanfaat dan tidak menutup kemungkinan juga budaya ngabuburit berpotensi mendatangkan kemudaratan, tergantung kebijaksanaan bagaimana cara melakukannya.
Kata ngabuburit berasal dari bahasa Sunda yang sekarang sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ngabuburit berarti menunggu adzan Maghrib menjelang berbuka puasa pada bulan Ramadhan. Bisa dikatakan, bahwasanya budaya ngabuburit sudah menjadi kebiasaan yang tidak diragukan lagi dilakukan oleh masing-masing individu di waktu bulan Ramadhan.
Kemudian jika kita lihat, tujuan orang ngabuburit berbeda-beda tergantung lingkungan dan pergaulan mereka. Tetapi satu dari sekian banyak orang melakukan ngabuburit bertujuan untuk menghilangkan rasa bosan dan jenuh menunggu waktu berbuka puasa. Jika pada masa sebelum adanya smartphone, banyak orang menghabiskan waktu sebelum berbuka puasa dengan masak bersama, anak-anak bermain petasan dan pergi mengaji ke masjid. Tetapi, pada masa sekarang yang gencarnya penggunaan smartphone sudah bergeser menjadi kebiasaan di dunia maya, seperti scrolling media sosial, bermain game online, menghabiskan waktu dengan duduk di cafe dan masih banyak lagi jenis kegiatan lainnya.
Walaupun demikian, jika kita telaah dari berbagai sisi ngabuburit bukan hanya menjadi kebiasaan di bulan Ramadhan tetapi juga sebagai suatu budaya yang bisa dibahas dari berbagai sudut pandang, yang mana sebagai berikut:
Sisi religiusitas, ngabuburit bisa dilakukan dengan kegiatan tadarus Al-Qur’an, berdzikir, bersedekah, mengikuti kajian Ramadhan sangat bermanfaat. Di samping kegiatan tersebut mendatangkan pahala yang berlipat ganda, tetapi juga menjadikan waktu di bulan Ramadhan menjadi lebih bermanfaat dan bermakna.
Sisi budaya, ngabuburit sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan sebelum waktu berbuka puasa tergantung bagaimana masing-masing orang melakukannya. Ibu-ibu menghabiskan waktu sebelum berbuka puasa dengan memasak menu berbuka puasa, dan begitupun anak-anak dengan bermain petasan.
Sisi ekonomi, ngabuburit adalah kegiatan menunggu waktu berbuka puasa dengan mencari takjil. Jika dikaitkan dengan ekonomi, maka waktu ngabuburit banyak dijadikan oleh pedagang sebagai promosi jualannya. Jika kita lihat maka disana terdapat kegiatan ekonomi seperti transaksi jual beli dan hal ini akan membantu kewirausahaan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Sisi sosial, sudah barang tentu pada saat ngabuburit terjadi interaksi sosial baik antara teman, antara pedagang dengan pembeli, antara ustadz dengan jamaahnya. Ngabuburit bisa dilakukan dimana saja dengan perorangan, rombongan ataupun berkelompok.
Ngabuburit menjadi kegiatan rutin sebelum berbuka puasa yang memiliki banyak manfaat, tetapi di samping itu terdapat juga hal negatif yang rasanya perlu dihindari misalnya berpacaran yang suka dilakukan oleh anak muda, karena hal tersebut bisa saja mengurangi pahala puasa. Itulah dikatakan, ngabuburit memiliki sisi lain tergantung bagaimana masing-masing individu melakukannya.