Kisah Cinta Tragis Melawan Takdir: Resensi Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Tenggelamnya Kapal Van der Wijck merupakan adaptasi dari novel klasik karya Buya Hamka yang mengisahkan cinta tragis berlatar era kolonial Hindia Belanda. Disutradarai oleh Sunil Soraya, film ini menyajikan cerita cinta yang bertabrakan dengan adat, status sosial, dan takdir, sambil menyajikan keindahan budaya Minangkabau. Visual sinematik yang bagus, film ini membawa penonton terhanyut dalam kisah Zainuddin dan Hayati yang penuh konflik dan pengorbanan. 

Cerita dimulai dari Zainuddin, seorang pemuda miskin berdarah campuran, yang jatuh cinta pada Hayati, gadis cantik dari keluarga terpandang Minangkabau. Meski cinta mereka tulus, adat istiadat dan perbedaan status sosial memisahkan mereka. Hayati akhirnya menikah dengan Aziz, pria kaya pilihan keluarganya, meninggalkan Zainuddin yang patah hati. Kehilangan ini membuat Zainuddin pergi ke Surabaya, dimana ia bangkit menjadi penulis terkenal. 

Namun takdir mempertemukan mereka kembali, tetapi dengan situasinya penuh dilema dan konflik. Hayati yang terjebak dalam pernikahan tanpa cinta menghadapi perasaan lamanya kepada Zainuddin. Namun, cinta mereka diuji oleh kenyataan yang pahit, hingga tragedi tenggelamnya kapal Van der Wijck menjadi puncak cerita. Peristiwa ini membawa Hayati ke akhir yang tragis dan menjadi bahan renungan bagi Zainuddin tentang makna cinta dan pengorbanan

Kelebihan film ini terletak pada visual dan sinematografi yang indah, akting para pemeran utama yang memukau, serta penggambaran budaya Minangkabau yang sangat kaya. Meski demikian, terdapat juga beberapa kekurangan, seperti durasi yang panjang, alur yang cenderung lambat, dan dialog yang terlalu puitis. Namun, kelemahan ini tertutupi oleh kekuatan emosi yang disampaikan hingga membuat film ini diakui hingga ke mancanegara. 

Dari resensi film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck ini, menurut pendapat pribadi penulis setelah menonton film ini dapat diambil pelajaran hidup yaitunya bagaimana seorang pria bisa larut dalam keterpurukan. Tokoh Aziz merasakan kegagalan karena tidak mampu menghidupi sang istri. Sementara Zainuddin menyesal karena tidak menerima Hayati, padahal masih memiliki perasaan terhadapnya. Adapun Hayati juga merasa sedih dan sesal lantaran tidak setia kepada Zainuddin. Jika kita mengkaitkan dari zaman sebelumnya ke zaman sekarang terutama dalam konteks konflik cinta dan tradisi, di era modern ini banyak individu yang masih menghadapi tekanan dari keluarga atau lingkungan terutama dalam menentukan pilihan hidup, termasuk dalam urusan pernikahan begitupun karier. Seperti Zainuddin dan Hayati, generasi saat ini sering kali terjebak di antara cinta sejati dan tuntutan adat, norma sosial, atau status ekonomi yang dianggap lebih tepat oleh masyarakat.

Bukan hanya itu, Buya Hamka menyerukan persatuan bangsa untuk kaum pribumi, serta meninggalkan adat budaya yang tidak sesuai dan merugikan. Walaupun di tahun 1962 sempat diterpa isu bahwa Buya Hamka melakukan plagiat dari novel karya Jean-Baptiste Alphonse Karr yang berjudul Sous les Tilleuls (1832), namun tudingan tersebut tidak benar. Hamka disebut terinspirasi dari peristiwa tenggelamnya sebuah kapal di tahun 1936, lalu memasukkan kejadian tragis tersebut sebagai bagian akhir atau klimaks dari cerita di dalam novelnya. Pada film ini penulis memberikan penilaian yaitunya 8,5/10. Alasan penilaian  terletak pada kelebihan dan kekurangan pada film ini serta dapat disimpulkan film ini berhasil menjadi salah satu adaptasi novel terbaik dalam sinema Indonesia. Meski terdapat beberapa kekurangan, namun mampu memberikan pengalaman dan meninggalkan kesan abadi bagi penontonnya.

Judul: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Sutradara: Sunil Soraya

Producer: Ram Soraya

Penulis: Skenario oleh Donny Dhirgantoro, diadaptasi dari novel karya Buya Hamka

Pemeran Utama: Herjunot Ali (Zainuddin), Pevita Pearce (Hayati), Reza Rahadian (Aziz)

Produksi: Soraya Intercine Films

Bahasa: Indonesia, Minangkabau, Makassar, dan Jawa

Genre: Dramatis Romantis

Durasi: 2 Jam 43 Menit

Rilis: 2013

Loading

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *