
Bulan Mei selalu menyimpan misterinya sendiri. Gerimis yang turun di tengah hari, aroma tanah basah, dan angin dingin yang memeluk kulit. Di bulan itu, aku tidak hanya menemukan kejutan, tapi juga sebuah pertemuan yang mengubah segalanya.
Hari itu hujan deras. Langit menghitam dan aku sedang duduk di kafe dekat kampus, mencoba melarikan diri dari cuaca buruk. Secangkir kopi hitam setengah dingin dan laptop yang terbuka menemaniku. Tapi pikiranku melayang ke arah lain entah kenapa, ada perasaan yang membuatku tidak tenang.
Hingga kemudian kamu masuk. Basah kuyup, jaket kulitmu meneteskan air, dan wajahmu seperti memancarkan cahaya. Kamu terlihat gugup saat berjalan menuju meja kasir. Ada sesuatu yang berbeda dalam caramu menatap sekeliling seperti sedang mencari sesuatu, atau mungkin… seseorang?
Aku mencoba untuk tidak peduli, tapi entah bagaimana, pandangan kita bertemu. Sekilas, matamu seperti mengunci perhatianku, mengirimkan sinyal yang sulit diabaikan.
Beberapa menit kemudian, kafe semakin penuh. Kamu memandang sekeliling, mencari tempat kosong, dan akhirnya mendekat ke mejaku.
“Boleh duduk?” tanyamu dengan suara yang tegas tapi ramah
Aku mengangguk tanpa suara
Kamu meletakkan tas hitam di meja, lalu mengeluarkan sesuatu yang langsung menarik perhatianku yaitu sebuah peta lusuh. Bukan peta biasa tetapi di salah satu sudutnya, terdapat tanda merah seperti lokasi yang disengaja.
“Kamu kelihatan sibuk,” katamu tiba-tiba, membuatku gugup
“Apa?” tanyaku, bingung….
Sambil kamu mendekatkan peta itu ke arahku. “Aku sedang mencari seseorang. dia membawa sesuatu yang penting untukku.”
Aku menatapmu, mencoba mencerna keadaan. “Seseorang? maksudmu, seperti detektif atau semacamnya?”
Kamu tertawa kecil, tapi matamu tetap serius. “Anggap saja begitu. Tapi ini lebih penting daripada sekedar pekerjaan.”
Sebelum aku sempat bertanya lebih jauh, kafe tiba-tiba diserbu oleh dua pria berbadan besar. Mereka terlihat mencurigakan dan mengenakan jaket hitam, dengan mata yang terus mengawasi.
Salah satu dari mereka memandang langsung ke arah kami.
“Diam saja,” bisikmu pelan
“Mereka mencariku.”
“Siapa mereka?” tanyaku, setengah berbisik
“Orang-orang yang tidak ingin aku menemukan apa yang kucari,” jawabmu singkat
Saat itu, aku tahu hidupku baru saja berubah. Aku bisa saja memilih untuk pergi, tapi ada sesuatu dalam caramu berbicara yang membuatku tetap di sana.
“Kita harus pergi,” ucapmu, mengambil peta dan tas
“Kita?” tanyaku, bingung.
“Ya. Sekarang kamu bagian dari ini. Akan ku jelaskan nanti.”
Sebelum aku sempat protes, kamu sudah menarik tanganku, membawaku keluar lewat pintu belakang kafe. Hujan masih turun deras, tapi kamu tidak peduli. Langkahmu cepat, seperti seseorang yang sudah terbiasa dikejar.
“Apa sebenarnya yang sedang terjadi?” tanyaku sambil berlari mengikutimu.
“Bulan Mei,” jawabmu. “Selalu menjadi bulan di mana segalanya berubah.”
Malam itu, aku tahu satu hal, hidupku tidak akan sama lagi. Bersamamu, aku terjun ke dalam petualangan yang penuh bahaya, rahasia, dan entah bagaimana juga dengan cinta.
Mei bukan lagi sekadar bulan penuh hujan gerimis, tapi bulan di mana aku menemukan keberanian, harapan, dan kamu.
Penulis: Hilma Azhakia Putri