
Di tengah perang dan kekerasan yang terus terjadi antara Israel dan Gaza, satu aspek penting seringkali terabaikan yakni akses bantuan kemanusiaan yang terhambat bukan hanya karna blokade fisik, tetapi juga oleh sensor atau pembatasan informasi. Sekarang kita menyaksikan apa yang bisa disebut dengan humanitarian blackout yaitu sebuah kondisi dimana informasi tentang situasi kemanusiaan di lapangan sengaja dipersempit bahkan dibatasi.
CPJ Laporkan Jurnalis Gaza yang Terbunuh
Seperti yang terjadi belakangan ini di Gaza, dimana seorang jurnalis Palestina Hilmi Al-Faqaawi dibakar hidup-hidup oleh tentara Israel. Hal ini dibuktikan dengan beberapa laporan dari Committee to Protect Journalist (CPJ) atau Lembaga Pengawasan Kebebasan Media, bahwa total ada 63 jurnalis dan pekerja media termasuk di antara lebih dari 17.000 orang yang terbunuh.
Alasan Israel Membunuh Jurnalis?
Lantas apa yang mendasari tentara Israel juga turut menjadikan jurnalis sebagai sasaran dalam pembunuhan perang? Serangan khusus terhadap jurnalis ini dilakukan oleh tentara Israel yang pertama karena takut mengganggu aktivitas sehingga dapat menggoyangkan kekuasaannya. Hal ini dianggap Israel sebagai ancaman dikarenakan jurnalis pada umumnya akan bersikap kritis dalam menyampaikan informasi di lapangan.
Peran Jurnalis Sesungguhnya Tergeser di Gaza
Padahal sesungguhnya kita ketahui bahwa peran jurnalis sangat penting sebagai warga sipil yang melakukan pekerjaan penting selama masa krisis dan tidak boleh menjadi sasaran pihak-pihak yang berperang. Namun sayangnya pada saat ini keberadaan jurnalis di Gaza justru sedang tersudut bahkan mengalami ancaman yang mengerikan.
Faktanya?
Menurut laporan terbaru proyek Biaya Perang dari Watson Institute for International and Public Affairs, perang di Gaza merupakan konflik paling mematikan yang pernah dialami oleh jurnalis. Temuan tersebut menyatakan bahwa lebih banyak jurnalis yang terbunuh di wilayah Palestina dibandingkan dengan gabungan jumlah jurnalis yang terbunuh di kedua perang dunia, yakni perang Vietnam, perang di Yugoslavia, dan perang Amerika Serikat di Afghanistan. Hal ini membuktikan bahwasanya telah ada penargetan yang jelas terhadap jurnalis ataupun kantor media lokal serta asing di dalam wilayah Gaza yang dilakukan oleh tentara Israel.