Ziarah Kubur di Hari Lebaran: Tradisi yang Harus Dilestarikan atau Sekedar Formalitas?

Setiap kali lebaran tiba, ada satu tradisi yang hampir selalu dilakukan oleh banyak keluarga, yaitu ziarah kubur. Pemandangan makam yang dipenuhi peziarah di pagi atau sore hari setelah shalat idul fitri menjadi sesuatu yang biasa kita lihat. Namun, di balik tradisi ini, sering kali menjadi sebuah pertanyaan, apakah ziarah kubur benar-benar dilakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, atau hanya sekadar kebiasaan tahunan yang mulai kehilangan maknanya?

Bagi penulis pribadi, ziarah kubur bukan hanya tentang menabur bunga atau menyiram air di atas makam saja. Jauh lebih dari itu, ini adalah momen refleksi yang sangat mendalam. Di tengah euforia Idul Fitri, dimana semua orang sibuk dengan baju baru, makanan lezat, dan kumpul keluarga, ziarah kubur menjadi pengingat bahwa ada bagian dari hidup yang tidak bisa kita hindari yakni kematian. Ketika saya berdiri di depan makam keluarga, membaca doa untuk mereka yang telah tiada, saya merasa diingatkan bahwa hidup ini hanya sementara. Semua kesibukan duniawi pada akhirnya akan berakhir, dan yang tersisa hanyalah amal serta doa dari orang-orang yang mencintai kita. Namun, saya juga melihat realitas yang sedikit menggelitik. Tidak sedikit orang yang menjalankan ziarah kubur hanya karena “ikut-ikutan”. Mereka datang, membaca doa sekadarnya, berbincang, lalu pergi tanpa benar-benar memahami esensi dari ziarah itu sendiri.

Beberapa orang bahkan hanya menjadikannya ajang foto bersama keluarga di pemakaman, seolah itu adalah destinasi wisata. Menurut penulis, ini adalah sesuatu yang patut untuk direnungkan. Apakah kita benar-benar ingin menghormati leluhur kita, atau hanya ingin menjaga citra di mata keluarga besar? Ziarah kubur seharusnya menjadi bagian dari tradisi yang membawa manfaat spiritual, bukan sekadar kebiasaan turun-temurun tanpa makna. Seharusnya kita percaya bahwa tradisi ini perlu terus dilestarikan, tetapi dengan pemahaman yang lebih dalam. Jangan hanya datang karena takut dianggap tidak menghormati tradisi, tetapi benar-benar jadikan momen ini sebagai pengingat akan kefanaan hidup dan kesempatan untuk mengirimkan doa terbaik bagi mereka yang telah berpulang.

Ziarah kubur di hari lebaran adalah salah satu tradisi yang memiliki makna luar biasa. Namun, kita juga harus memastikan bahwa kita melakukannya dengan niat yang tulus, bukan hanya karena “ritual wajib” setelah salat idul fitri. Sebab, yang terpenting bukanlah berapa kali kita berziarah, tetapi seberapa dalam doa dan ingatan kita terhadap mereka yang telah berpulang. Karena pada akhirnya, doa yang tulus dari hati akan jauh lebih bermakna daripada sekadar langkah kaki menuju makam tanpa kesadaran. Lalu, bagaimana menurutmu? Apakah ziarah kubur di hari lebaran masih memiliki makna yang kuat, atau mulai bergeser menjadi sekadar formalitas?

Loading

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *